Isu Gempa
Belakangan ini negara kita emang banyak ditimpa musibah, gempa salah satu contohnya... udah banyak korban berjatuhan dan meninggalkan trauma yg cukup dalam bagi masyarakat kita. Tapi entah kenapa ada aja orang yang menyebarkan isu2x seperti "Hari '....' bakal ada gempa di Jakarta sekitar pukul 15.05, diharapkan warga Jakarta waspada" Gak tau sih itu isu dari mana, tapi kalo emang benar dari orang ISENG, asliiii..... tuh orang bejat banget buat orang panik, soalnya minggu kemaren ampe orang2x kantoran diliburin, termasuk bokap and teman gw....
Nah, sebenarnya sih ampe sekarang tuh blm ada alat yang bisa memprediksi kapan tepatnya waktu gempa akan datang dan akan terjadi di mana.... yang ada, hanya memprediksi kemungkinan terjadinya gempa itu bisa kapan saja terjadi akibat pergeseran lempeng misalnya....
Nih ada bacaan yang didapat dari
"http://www.suarapembaruan.co.id/News/2006/07/26/Kesra/kes01.htm"
Nah, sebenarnya sih ampe sekarang tuh blm ada alat yang bisa memprediksi kapan tepatnya waktu gempa akan datang dan akan terjadi di mana.... yang ada, hanya memprediksi kemungkinan terjadinya gempa itu bisa kapan saja terjadi akibat pergeseran lempeng misalnya....
Nih ada bacaan yang didapat dari
"http://www.suarapembaruan.co.id/News/2006/07/26/Kesra/kes01.htm"
Gempa Belum Bisa Diprediksi
[JAKARTA] Sampai saat ini gempa bumi belum bisa diprediksi. Negara-negara maju, seperti Amerika dan Jepang, yang mempunyai tenaga ahli gempa bumi bereputasi internasional dan didukung fasilitas modern pun belum mampu membuat prediksi gempa. Demikian siaran pers Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yang diterima redaksi, Selasa (25/7), berkaitan dengan beredarnya isu bahwa akan terjadi gempa bumi di Jakarta.
Isu yang menyebutkan waktu (hari, tanggal, dan jam) akan terjadi gempa bumi dan tsunami sangat tidak mendasar dan tidak benar. Jakarta memang merupakan daerah dengan tingkat kegemparan cukup tinggi. Sumber-sumber gempa yang bisa berpengaruh terhadap Jakarta, meliputi subduksi dari barat Bengkulu, Selat Sunda, dan Selat Jawa.
Sedangkan gempa yang ditimbulkan akibat patahan Sumatera dan gempa-gempa patahan sekitar Sukabumi, juga berpotensi dirasakan di Jakarta. Dengan kondisi tersebut, masyarakat diimbau menghadapinya dengan tenang dan tidak panik, namun tetap waspada.
Masih Wajar
Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dany Hilman Natawidjadja saat dihubungi Pembaruan, Selasa (25/7), menyatakan meskipun intensitas gempa belakang ini terasa semakin sering, namun masih dalam tahap wajar. Pemantauan pergerakan lempeng melalui alat global positioning system (GPS) yang ada tidak menunjukkan suatu kecenderungan tertentu.
Apabila dikaitkan dengan siklus gempa yang terjadi, para peneliti menyebutkan beberapa catatan tentang siklus gempa di sejumlah wilayah Indonesia masih tidak lengkap, sehingga tidak bisa ditentukan apakah saat ini sedang memasuki siklus itu.
"Peristiwa saat ini dalam kategori wajar. Kalaupun terjadi banyak gempa saat ini, hanya kebetulan saja. Masing-masing gempa memiliki mekanismenya sendiri, mungkin saja ada beberapa pertemuan lempeng yang sudah "matang" sehingga terjadi pelepasan energi," jelasnya.
Ditambahkan, peristiwa gempa yang terjadi adalah respons wajar dari pergerakan kulit bumi. Mengenai adanya peningkatan energi magma yang memicu pergerakan lempeng, Dany menyebutkan hal itu perlu penelitian lebih mendalam.
Siklus
Secara terpisah, Sri Widiyantoro, staf pengajar Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB, menyebutkan sejak peristiwa gempa besar di Aceh pada 2004 lalu memang ada kecenderungan terjadi gempa besar pada sejumlah wilayah Indonesia.
"Mekanisme dari gempa Aceh itu mungkin akan mempengaruhi daerah pertemuan lain, sepanjang jalur barat Sumatera, selatan Jawa, selatan Nusa Tenggara, hingga berbelok di Laut Banda. Daerah itu merupakan jalur pertemuan antara Eurasia dan Indo-Australia. Sementara di bagian utara, seperti Sulawesi dan Papua memiliki mekanisme yang berbeda, karena di daerah itu terjadi pertemuan antara lempeng Pasifik dengan sub-lempeng Filipina. Tetapi sepertinya daerah pertemuan itu ikut dipengaruhi oleh pertemuan Indo-Australia dan Eurasia. Ini perlu penelitian lebih lanjut," jelasnya.
Meningkatnya intensitas gempa belakang ini juga bisa dikaitkan dengan siklus kegempaan di suatu wilayah. Gempa besar di Aceh pada 2004 merupakan siklus dua ratus tahunan.Artinya di lokasi itu pernah terjadi gempa besar sekitar dua ratus tahun lalu. "Kita memang mengenal siklus itu, tetapi untuk beberapa wilayah kita tidak punya catatan yang bagus. Kita memiliki catatan bagus pada gempa-gempa di Sumatera, sementara untuk Jawa dan wilayah lainnya masih kurang, sehingga tidak bisa ditentukan apakah hal itu terkait dengan siklus atau tidak," ujarnya.
Labels: Info_Umum